Tuesday, September 02, 2008

To know nothing but necessary - simple life...

The cycle of minds, when we finally ended in the point that should be the beginning of anything : A question, "what do you seek in your life" ?. The same old question that repeatedly asked in numbers of certain point of our life. Once we knew the answer, for a strong person the next answer would likely the same, but sometime - when the condition has been turned inside out - we doubt that we already have the answer...

Ada suatu titik dimana aku takut eksplorasi berlebihan terhadap hidup ini bisa menyesatkan. Titik itu, beberapa saat setelah membaca blog Dee, yang mampu menjelaskan perceraian dari sudut pandang protagonis. Yang menjadikan bahwa apapun - bahkan mungkin, pembunuhan - bisa jadi hal yang benar apabila kita bisa membuat kacamata untuk membenarkan itu. Is it truely like that? Semakin kita eksplorasi, semakin banyak kita pikir kita tahu, semakin banyak celah untuk tersesat. Aku takut dalam mencoba mengerti tentang hidup, ada void yang semakin besar aku rasakan. And it happens to us who sought to know about universe, tentang kebenaran absolut. Nietzche, Hawkins, Einstein, Tolstoy, Freud. They are not happy even they know more about life and universe.

Seperti kata Ronald saat aku menjelaskan tentang relativitas waktu, konsep mekanistik universe tanpa penciptaan, dan black hole. Dia mendengar, empati, tapi seperti tidak mau memahami dan dengan santainya dia berkata "biar orang lain yang memang dibayar untuk paham yang memikirkan itu. Sampai kapanpun manusia hanya bisa memahami sejauh logika mereka dan teknologi yang diciptakan untuk membantu pencarian itu. Masih ada kebenaran absolut yang tidak bisa dijelaskan. Lebih baik berpikir simple, jalani hidup. Berpikir berlebihan malah meruntuhkan iman. Nanti jadi atheis karena mengira lebih pintar dari kitab suci"

To know nothing but necessary, think only the necessary. A simple life

Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga kembali menemukan jawaban, tidak berlalu begitu saja...

1 comment:

  1. Saya tidak bisa menahan untuk tidak bisa berkomentar setelah membaca tulisan mas Imam. Saya melihat adanya kedalaman dalam tulisan mas Imam.

    Memang sekedar bergantung pada pengetahuan, pandangan, ideologi, atau apalah itu, bisa membuat seseorang tersesat dalam keadaan void (seperti yang anda tulis di blog dee). Saya setuju.

    Tetapi jika hanya percaya, tanpa bereksplorasi, saya juga ragu apakan seseorang bisa mendapatkan makna kehidupan yang benar-benar kokoh.

    Berpikir bisa meruntuhkan iman tetapi juga bisa menguatkan iman. Berpikir inilah yang kita lakukan saat kita mendengar ajaran agama.

    Saya pikir keypoint-nya adalah setelah kita bereksplorasi apakah ada perkembangan kepribadian. Apakah kita bisa menjadi lebih sabar, lebih bisa mengalah, lebih menerima apa adanya.

    Ada orang, orang yang tidak banyak berpikir, kemudian menerima kehidupan apa adanya. Ia menemukan kebahagiaan.

    Ada orang yang berpikir, melihat kehidupan apa adanya dan menerimanya. Ia juga menemukan kebahagiaan. Bahkan mungkin lebih dalam.

    Saya sedang belajar membuat blog. Kunjunglah jika sempat di http:\\hatiyangdamai.blogspot.com
    Komentar anda saya nantikan.

    ReplyDelete