Sustainable Development | Sekali lagi, untuk generasi mendatang

Tahun 2008-2009 ditandai dengan tantangan yang datang silih berganti. Sempat naiknya harga minyak mentah dunia di pertengahan tahun 2008 sempat membuat industri yang sangat bergantung pada bahan bakar minyak mengalami dampak yang cukup berarti. Krisis finansial yang menghantam di penghujung 2008 masih membayangi perkembangan industri di Indonesia tahun ini. Menghadapi badai demi badai ini hanya perusahaan yang mempunyai strategi jangka panjang yang tepat yang akan bertahan. Strategi yang tidak hanya memikirkan keuntungan di masa sekarang tapi juga kemampuan perusahaan dalam bertahan di masa mendatang.

Dapat diperkirakan di tahun-tahun ke depan tantangan akan semakin bervariasi. Meningkatnya populasi, berbanding terbalik dengan ketersediaan sumber daya alam. Ancaman pemanasan global dan perubahan iklim mengharuskan industri untuk menurunkan jejak karbon (carbon foot print). Kelangkaan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan menjadi ancaman untuk ketersediaan energi. Disinilah konsep Sustainable Development menjadi sebuah kebutuhan bagi dunia industri dan pemerintah untuk dapat bertahan.

Sustainable Development secara definitif diartikan sebagai, “Strategi pengembangan untuk pemenuhan kebutuhan di masa sekarang tanpa mempertaruhkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya” (Brundtland Comission, terjemah, 1987). Dari perspektif bisnis, ini dapat berarti strategi yang tidak hanya memikirkan keuntungan yang didapat di masa sekarang namun juga kelanjutan bisnis di masa depan.

Dalam beberapa konsep yang dikembangkan untuk Sustainable Development, 4 faktor dibawah ini merupakan strategi yang dapat dikembangkan :

1. Renewable Energy (Energi Berkelanjutan)
Industri harus siap menghadapi bahwa dalam beberapa dekade ke depan pasokan bahan bakar minyak akan semakin langka. Dan tentunya harga akan menjadi semakin mahal. Maka strategi untuk beralih ke energi yang berkelanjutan (Renewable Energy) untuk transportasi dan pembangkit listrik merupakan sebuah kebutuhan dan akan menjadi sebuah daya saing di masa depan.

2. Cleaner Production (Produksi Bersih)
Dengan meningkatnya populasi manusia dan kebutuhan industri yang mengimbanginya, maka permintaan terhadap sumber daya alam akan semakin meningkat . Di sisi lain SDA semakin menipis. Penggunaan yang lebih bijak terhadap sumber daya alam akan menentukan kemampuan sebuah industri dalam bertahan di masa depan. Contoh yang nyata adalah konservasi air bersih dan penggunaan bahan baku daur ulang.

3.Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)
Masyarakat sekitar tidak saja merupakan pemangku kepentingan terhadap sebuah industri. Lebih dari itu merupakan bagian tak terpisahkan yang dapat menentukan masa depan dari sebuah industri. Tidak hanya sekali kita mendengar industri yang harus ditutup akibat tidak adanya dukungan masyarakat sekitar terhadap keberadaannya. Tentunya ini diakibatkan oleh keberadaan industri yang tidak memberikan manfaat terhadap mereka dan lebih memberikan dampak negatif baik untuk lingkungan ataupun masyarakat. Corporate Social Responsibility tidak hanya sebagai pembangun citra perusahaan, tapi juga menentukan keberadaannya di masa depan.

4. Continuous Improvement (Peningkatan Berkelanjutan)
Tantangan di masa depan tidak hanya berasal dari sisi eksternal bisnis. Dari sisi internal bisnis kompetisi akan semakin ketat. Kemampuan untuk menyediakan produk atau jasa dengan kualitas yang unggul, dan harga yang kompetitif merupakan daya saing yang tak bisa ditawar. Dengan semakin cerdasnya konsumen, citra perusahaan juga menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih produk atau jasa yang ditawarkan. Maka Continuous Improvement adalah suatu hal yang mutlak, menjadi motor sebuah perusahaan dalam melangkah secara Sustainable.

Tidak hanya untuk perusahaan, pemerintah pun sebaiknya berpikir secara sustainable. Bukan hanya strategi pengamanan politik 5 tahunan yang hanya memikirkan kemenangan partai dalam pemilu berikutnya.

Keyword : Sustainable development, pembangunan berkelanjutan, renewable energy, Indonesia, produksi bersih, energi berkelanjutan, energi terbarukan